Keramahannya terhadap mereka
Seruan yang telah disampaikan oleh Ali tatkala Abu Bakr memimpin jamaah haji itu merupakan puncak dari masuknya penduduk jazirah bagian selatan kedalam Islam secara berbondong-bondong. Utusan-utusan itu secara berturut-turut telah datang ke Medinah seperti sudah kita sebutkan - diantaranya perutusan dari orang-orang musyrik dan dari Ahli Kitab. Nabi memberi hormat secukupnya kepada setiap utusan yang datang dan para amir itu dikembalikan ke daerah kekuasaan mereka dengan cara terhormat sekali. Hal ini sudah kita sebutkan dalam bagian yang lalu. Asy'ath b. Qais dengan memimpin 80 orang dari Kinda dengan berkendaraan, mereka datang kepada Nabi dalam mesjid, dengan berhias rambut, bercelak mata, mengenakan jubah yang indah-indah dan berselempang sutera. Begitu melihat mereka, Muhammad berkata:
"Bukankah kamu sudah menjadi Islam?"
"Ya," jawab mereka.
"Buat apa kamu mengenakan sutera ini di leher?" kata Nabi lagi.
Mereka lalu melepaskan sutera itu.
"Rasulullah," kata Asy'ath kemudian, "kami dari Keluarga Akil'l-Murar2 dan tuan juga dari keturunan Akil'l-Murar."
Mendengar itu Nabi tersenyum. Ia teringat pada 'Abbas bin 'Abd'l-Muttalib dan Rabi'a bin'l-Harith
Bersama dengan Asy'ath itu juga datang Wa'il b. Hujr al-Kindi, seorang amir dari daerah pantai di Hadzramaut. Ia kemudian masuk Islam. Nabi mengakui daerah kekuasaannya itu dan dimintanya ia memungut 'usyr dari penduduk untuk diserahkan kepada pemungut-pemungut pajak yang sudah ditunjuk oleh Rasul. Dalam hal ini Nabi menugaskan Mu'awiya b. Abi Sufyan menemani Wa'il ke negerinya. Tetapi Wa'il tidak mau sekendaraan dengan dia dan tidak pula mau memberikan kepadanya alas kaki. Sekedar dapat menahan panasnya musim, cukup dengan membiarkan dia berjalan di bawah naungan untanya. Meskipun ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan persamaan antara sesama kaum Muslimin dan semua orang Islam bersaudara, namun Mu'awiya menerimanya juga demi menjaga Islamnya Wa'il dan golongannya.
Labels: BAB 29 SEJARAH NABI MUHAMMAD