Rencana ekspedisi ke Rumawi
IBADAH haji perpisahan kini sudah selesai, dan sudah tiba pula saatnya puluhan ribu orang yang menyertai Nabi dalam ibadah ini akan pulang ke rumah masing-masing. Penduduk Najd pulang mendaki dataran tinggi, penduduk Tihama ke daerah pantai dan penduduk Yaman dan Hadzramaut serta daerah-daerah sekitarnya menuju arah selatan. Nabi dan sahabat-sahabat pun bertolak menuju Medinah.
Bila mereka sudah sampai dan menetap lagi di kota itu, keadaan seluruh semenanjung sudah aman. Tetapi, yang masih selalu menjadi pikiran buat Muhammad ialah soal beberapa daerah yang masih di bawah kekuasaan Rumawi dan Persia di daerah Syam, Mesir dan Irak. Dari pihak seluruh jazirah itu kini sudah tidak ada apa-apa lagi. Orang secara berbondong-bondong datang memeluk agama Allah, perutusan datang berturut-turut ke Yathrib menyatakan kesetiaannya, menyatakan kehendaknya bernaung di bawah bendera Islam, dan semua orang sudah menggabungkan diri kepadanya ketika dalam ibadah haji perpisahan itu. Raja-raja Arab dengan daerahnya masing-masing itu betapa takkan ikhlas kepada Nabi dan kepada agamanya, jika oleh Nabi yang ummi itu mereka dibiarkan tetap dengan kekuasaannya dan dalam kemerdekaannya sendiri pula! Bukankah Bad-han - Gubernur Persia di Yaman - dibiarkannya dalam kekuasaan itu tatkala ia menyatakan keislamannya dan lebih menyukai kesatuan wilayah Arab itu dan membuang penyembahan api Persia? Timbulnya gerakan-gerakan semacam pemberontakan yang diadakan oleh beberapa orang di sepanjang jazirah, tidak sampai akan menghanyutkan Nabi dalam pemikirannya atau akan menimbulkan rasa kuatir dalam hati, setelah ternyata pengaruh agama baru ini sudah tersebar ke segenap penjuru, semua wajah menghadap hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa, kalbu beriman hanya kepada Allah Yang Maha Esa.
Itu sebabnya, tatkala ada tiga orang yang mendakwakan diri sebagai nabi, oleh Muhammad tidak banyak dihiraukan. Memang ada beberapa kabilah yang berjauhan dari Mekah - begitu mengetahui Muhammad mendapat sukses dengan ajarannya itu - cepat-cepat pula mereka menyambut orang yang datang mendakwakan diri nabi dari kabilah mereka itu, dengan harapan mereka akan mendapatkan nasib seperti yang ada pada Quraisy, meskipun kabilah-kabilah ini, karena letaknya yang jauh dari pusat agama baru, tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Akan tetapi ajakan kepada kebenaran Tuhan itu sudah benar-benar berakar di tanah Arab. Tidak mudah orang akan dapat melawannya. Apa yang telah dialami Muhammad demi menyampaikan ajaran ini, beritanya sudah sampai ke mana-mana. Kiranya takkan ada orang yang sanggup memikul beban ini, selain putera Abdullah itu. Setiap ada orang hendak mendakwakan diri dengan dasar kepalsuan, pasti kepalsuan itu akan segera terbongkar. Setiap ada orang yang mendawakan kenabian tidak pernah ia dalam nasibnya akan mendapat sukses secara berarti.
Datang Tulaiha - pemimpin Banu Asad, salah seorang pahlawan Arab dalam perang dan yang berkuasa di Najd - mendakwakan diri, bahwa dia seorang nabi dan rasul, dan ia memperkuat dakwaannya itu dengan membuat ramalan mengenai sebuah tempat sumber air, ketika golongannya itu dalam perjalanan hampir mati kehausan. Tetapi selama Muhammad masih hidup ia tidak berani mengadakan "pemberontakan" dan baru ia mengadakan pemberontakan itu setelah Rasulullah berpulang ke rahmatullah. Pembangkangan Tulaiha ini oleh Khalid bin-'l-Walid dihancurkan dan dia sendiri kembali lagi ke pihak Muslimin dan menjadi orang Islam yang baik.
Juga Musailima, juga Aswad al-'Ansi, yang selama hidup Nabi, tidak lebih baik daripada nasib Tulaiha. Musailima ini pernah mengirim surat kepada Nabi dengan mengatakan bahwa dia nabi, dan "Separoh bumi ini buat kami dan yang separoh lagi buat Quraisy; tapi Quraisy adalah golongan yang tidak suka berlaku adil."
Setelah surat itu dibaca kedua orang utusan Musailima itu oleh Nabi ditatapnya, dan hendak memberikan kesan kepada mereka, bahwa Nabi akan menyuruh supaya mereka dibunuh, kalau tidak karena memang adanya ketentuan bahwa para utusan harus dijamin keselamatannya. Kemudian Nabi membalas surat Musailima dengan mengatakan ia sudah mendengarkan isi suratnya dengan segala kebohongannya itu, dan bahwa bumi ini kepunyaan Allah yang akan diwarisi oleh hamba-hamba yang berbuat kebaikan. Dan salam bagi orang yang mengikut bimbingan yang benar.
Adapun Aswad al-'Ansi - penguasa Yaman sesudah Bad-han meninggal - orang ini mendakwakan sebagai ahli sihir dan mengajak orang dengan sembunyi-sembunyi. Karena sudah merasa dirinya sebagai orang penting di daerah selatan, wakil Muhammad yang di Yaman diusirnya, dan dia pergi lagi ke Najran, anak Bad-han di sana dibunuhnya, isterinya dikawini dan singgasana diwarisinya. Ia hendak menyebarkan pengaruhnya di kawasan itu. Tapi bahaya ini tidak banyak mempengaruhi pikiran Muhammad. Dalam hal ini tidak lebih ia hanya mengutus orang kepada wakilnya1 di Yaman dengan perintah supaya Aswad dikepung atau dibunuh. Sekali lagi kaum Muslimin di Yaman berhasil memalcsa Aswad, dan dia sendiri mati dibunuh isterinya sendiri sebagai balasan atas dibunuhnya anak Bad-han suaminya yang dulu.
Labels: BAB 30 SEJARAH NABI MUHAMMAD