Sambutan Abu Bakr kepada Anshar
Ketika di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan dua orang baik-baik dari kalangan Anshar, yang kemudian menceritakan kepada pihak Muhajirin itu tentang adanya orang-orang yang sedang mengadakan persepakatan.
"Tuan-tuan mau ke mana?" tanya dua orang itu.
Setelah diketahui bahwa mereka akan menemui orang-orang Anshar, kedua orang itu berkata: "Tidak ada salahnya tuan-tuan tidak mendekati mereka. Saudara-saudara Muhajirin, selesaikanlah persoalan tuan-tuan."
"Tidak, kami akan menemui mereka," kata Umar.
Lalu mereka meneruskan perjalanan sampai di Serambi Banu Sa'ida. Di tengah-tengah mereka itu ada seorang laki-laki yang sedang berselubung.
"Siapa ini?" tanya Umar bin'l-Khattab.
"Sa'd b. 'Ubada," jawab mereka.
"Dia sedang sakit."
Setelah pihak Muhajirin duduk, salah seorang dari Anshar berpidato. Sesudah mengucapkan syukur dan puji kepada Tuhan ia berkata:
"Kemudian daripada itu. Kami adalah Ansharullah dan pasukan Islam, dan kalian dari kalangan Muhajirin sekelompok kecil dari kami yang datang ke mari mewakili golongan tuan-tuan. Ternyata mereka itu mau menggabungkan kami dan mengambil hak kami serta mau memaksa kami."
Yang demikian ini memang merupakan jiwa Anshar sejak masa hidup Nabi. Oleh karena itu, begitu Umar mendengar kata-kata tersebut ia ingin segera menangkisnya. Tetapi oleh Abu Bakr ditahan, sebab sikapnya yang keras sangat dikuatirkan.
"Sabarlah, Umar!" katanya. Kemudian ia memulai pembicaraannya, ditujukan kepada Anshar:
"Saudara-saudara! Kami dari pihak Muhajirin orang yang pertama menerima Islam, keturunan kami baik-baik, keluarga kami terpandang, kedudukan kami baik pula. Di kalangan Arab kamilah yang banyak memberikan keturunan, dan kami sangat sayang kepada Rasulullah. Kami sudah Islam sebelum tuan-tuan dan di dalam Qu'ran juga kami didahulukan dari tuan-tuan; seperti dalam firman Tuhan: 'Orang-orang yang terdahulu dan mula-mula (masuk Islam), dari Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dalam melakukan kebaikan.' (Qur'an, 9:100)
Jadi kami Muhajirin dan tuan-tuan adalah Anshar, saudara-saudara kami seagama, bersama-sama menghadapi rampasan perang dan mengeluarkan pajak serta penolong-penolong kami dalam menghadapi musuh. Apa yang telah tuan-tuan katakan, bahwa segala kebaikan ada pada tuan-tuan, itu sudah pada tempatnya. Tuan-tuanlah dari seluruh penghuni bumi ini yang patut dipuji. Dalam hal-ini orang-orang Arab itu hanya mengenal lingkungan Quraisy ini. Jadi dari pihak kami para amir dan dari pihak tuan-tuan para wazir."4
Ketika itu salah seorang dari kalangan Anshar ada yang marah, lalu berkata: "Saya tongkat lagi senjata.5 Saudara-saudara Quraisy, dari kami seorang amir dan dari tuan-tuan juga seorang amir."
"Dari kami para amir dan dari tuan-tuan para wazir," kata Abu Bakr. "Saya menyetujui salah seorang dari yang dua ini untuk kita. Berikanlah ikrar tuan-tuan kepada yang mana saja yang tuan-tuan sukai."
Lalu ia mengangkat tangan Umar bin'l-Khattab dan tangan Abu 'Ubaida bin'l-Jarrah, sambil dia duduk di antara dua orang itu. Lalu timbul suara-suara ribut dan keras. Hal ini dikuatirkan akan membawa pertentangan. Ketika itu Umar lalu berkata dengan suaranya yang lantang: "Abu Bakr, bentangkan tanganmu!"
Abu Bakr membentangkan tangan dan dia diikrarkan seraya kata Umar: "Abu Bakr, bukankah Nabi sudah menyuruhmu, supaya engkaulah yang memimpin Muslimin bersembahyang? Engkaulah penggantinya (khalifah). Kami akan mengikrarkan orang yang paling disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini."
Kata-kata ini ternyata sangat menyentuh hati Muslimin yang hadir, karena benar-benar telah dapat melukiskan kehendak Nabi sampai pada hari terakhir orang melihatnya. Dengan demikian pertentangan di kalangan mereka dapat dihilangkan. Pihak Muhajirin datang memberikan ikrar, kemudian pihak Anshar juga memberikan ikrarnya.
Bilamana keesokan harinya Abu Bakr duduk di atas mimbar, Umar ibn'l-Khattab tampil berbicara sebelum Abu Bakr, dengan mengatakan - setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Tuhan:
Labels: BAB 31 SEJARAH NABI MUHAMMAD